Breaking

Mengenang Kekuasaan Tuan Ibrahimsyah dari Pagaruyung di Tapanuli Utara

ilustrasi
SIATASBARITA ONLINE -- Ekspansi ke Silindung (Tapanuli Utara), Toba dan Fansur (Barus dan Singkil)

Sekira abad ke 15-16 M, Sultan Ibrahimsyah bin Sultan Muhamadsyah Caniago (Orang Tapanuli salah mengartikan "dengan seribu pengikut" menjadi Pasaribu sehingga akhirnya Ibrahimsyah dianggap bermarga Pasaribu) dari Barus Pagaruyung, memudiki Batang Toru (Aek Sirula). Di Silindung, Ibrahimsyah diusulkan menjadi raja. Ibrahimsyah kemudian mengangkat Raja Empat Pusaran (Empat Suku) sebagaimana lazim di Barus Indrapura. Ibrahimsyah kemudian diusulkan pula menjadi raja di Bakkara. Ibrahimsyah menikahi putri Seri Maharaja terakhir dan mengislamkannya. Tetapi orang-orang Bakkara menolak kepercayaan baru tersebut.

Setelah Ibrahimsyah memutuskan akan meninggalkan negeri tersebut, orang-orang Bakkara mendirikan masjid dan mengadakan ibadat. Tetapi, Ibrahimsyah tetap berangkat dengan alasan tanah air Bakkara tidak seberat tanah air yang dipesankan almarhum ayahnya. Sepeninggal Ibrahimsyah, anaknya kemudian diangkat yang kemudian mendirikan Dinasti Sisingamangaraja. Hubungan Ibrahimsyah dengan Bakkara tetap berlanjut, konon orang-orang Bakkara rutin mengirimi Ibrahimsyah dan penerusnya kuda. Ibrahimsyah yang dikenal kemudian dengan nama Raja Hatorusan dan putranya Sultan Yusuf yang dikenali sebagai Raja Uti menjadi simbol spriritual dari agama Parmalim, yang menjadi agama raja-raja Bakkara.

ilustrasi


Ibrahimsyah kemudian mendirikan Kampung Gugu di Fansur. Sejak itu, nama Fansur yang menggantikan nama Lobu Tua digantikan oleh Barus. Tuan Marah Pungsu dan keturunannya disebut Tuan Mudik dan kerajaan Fansur disebut Barus Hulu, sementara kerajaan Ibrahimsyah disebut Barus Hilir.

(Lihat sumber)

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.