AS tak Lagi Anggap Remeh Kemampuan Militer Rusia dan China
ilustrasi |
Jenderal Angkatan Udara AS Terrence O'Shaughnessy, yang mengepalai US Northern Command (komando militer AS untuk kawasan Amerika Utara, Alaska, dan Arktika) dan North American Aerospace Defense Command (komando pertahanan kedirgantaraan multinasional negara-negara Amerika Utara), mengeluarkan peringatan itu dalam konferensi National Guard Association ke-140.
Dalam kesempatan itu, O'Shaughnessy juga mengatakan bahwa daratan AS sekarang membutuhkan pertahanan yang lebih baik dari sebelumnya.
ilustrasi |
AS telah menghabiskan 17 tahun terakhir terlibat dalam pertempuran intensitas rendah di Timur Tengah dan Afrika, tetapi ancaman dari negara selevel telah terasa semakin signifikan dewasa ini.
Menteri Pertahanan Jim Mattis turut merefleksikan realitas baru itu dalam Strategi Pertahanan Nasional terbaru Kemhan AS, yang menyerukan agar angkatan bersenjata Amerika Serikat dibangun kembali dengan kemampuan konvensional yang mutakhir untuk mengantisipasi ancaman musuh yang semakin berkembang.
Bagi Mattis dan O'Shaughnessy, musuh yang dimaksud adalah Rusia dan China.
"Kita harus memikirkan pertahanan kita dengan cara yang berbeda dari yang kita miliki di masa lalu," saran O'Shaughnessy.
"Itu berarti kita perlu memikirkan kembali secara fundamental ketika kita mengatakan 'pertahanan dalam negeri' bagaimana kita akan melakukan itu dalam mengantisipasi ancaman dari negara sepantaran."
O'Shaughnessy menunjuk ke sistem radar Amerika yang baru, sebagai contoh dari apa yang diperlukan untuk menjaga agar AS tetap aman.
Salah satunya The Northrop Grumman APG-83 Scalable Agile Beam Radar, yang dirancang untuk mendeteksi dan melacak sejumlah besar rudal jelajah, menggunakan pemindai active electronically scanned array (AESA).
ISIS, Al Qaeda dan Taliban mungkin tidak akan pernah memiliki persenjataan yang membutuhkan tingkat pertahanan ini.
Tetapi Rusia dan China justru memiliki atau tengah mengembangkan beberapa, kata O'Shaughnessy.
Awal tahun ini, Presiden Rusia Vladimir Putin meluncurkan sejumlah senjata futuristik yang menurutnya dapat dengan mudah mengalahkan jaringan pertahanan Amerika. Termasuk salah satunya adalah rudal balistik antar-benua (ICBM) berhulu ledak nuklir generasi baru --yang dikenal sebagai Satan 2-- peluncur rudal bertenaga hipersonik, yang dilaporkan dapat diluncurkan ke atmosfer dan turun menukik dengan kecepatan tinggi untuk membuatnya sulit dicegat oleh sistem pertahanan udara lawan.
Sementara itu, China sedang menyelesaikan pengembangan DF-41 ICBM, yang akan memiliki jangkauan untuk mencapai target di mana saja di AS atau Eropa. Hal ini diyakini dapat membawa 10 hulu ledak atau nuklir, dan mencapai daratan AS hanya dalam 30 menit peluncuran. (sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar